Selasa, 07 Desember 2010 di 22.20 | 0 komentar  

BAB I
 PENDAHULUAN

A.    Analisis Situasi
Dalam suatu lembaga pendidikan keberhasilan proses belajar-mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Hasil belajar tersebut merupakan prestasi belajar peserta didik yang dapat diukur dari nilai siswa setelah mengerjakan soal yang diberikan oleh guru pada saat evaluasi dilaksanakan. Keberhasilan pembelajaran di sekolah akan terwujud dari keberhasilan belajar siswanya. Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu maupun dari luar individu. Faktor dari dalam individu, meliputi faktor fisik dan psikis, di antaranya adalah motivasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat memberikan dukungan yang positif dalam belajar, namun dapat juga menghambat proses belajar. Hambatan-hambatan yang terjadi berakibat pada hasil belajar individu yang mengalami proses belajar tidak sesuai dengan yang diinginkannya. Keadaan-keadaan tersebut berdampak pada timbulnya masalah pada proses belajar selanjutnya. Motivasi belajar siswa yang rendah akan menjadi hambatan yang sangat berarti pada proses pembelajaran, karena dapat mengakibatkan prestasi belajar siswa rendah. Oleh karena itu guru diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Permasalahan belajar seperti yang diungkapkan tersebut terjadi pada siswa di SMK Negeri 7 Yogyakarta kelas XI Penjualan. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian nilai matematika yang rendah. Banyak siswa yang memperoleh nilai matematika di bawah 60, tidak sesuai yang diharapkan oleh guru. Anggapan tentang sulitnya belajar matematika sering mendominasi pemikiran siswa sehingga banyak di antara mereka kurang berminat untuk mempelajari matematika dan siswa kurang termotivasi dalam belajar. Selain itu, pembelajaran juga masih terpusat pada guru. Guru banyak menjelaskan dan siswa kurang diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan temannya.
Berdasarkan observasi peneliti di sekolah yang dilakukan pada bulan Februari-Maret tahun 2008 dan wawancara dengan guru matematika, 28 dari 37 siswanya kurang memahami pelajaran matematika hal ini dilihat dari nilai tes matematika yang kurang dari 60. Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa  motivasi dan minat belajar matematika siswa rendah. Rendahnya motivasi dan minat belajar siswa dapat dilihat pada saat siswa menerima materi pelajaran.  Hal ini ditunjukkkan dengan sikap siswa yang cenderung ramai sendiri, mengobrol dengan teman, ada beberapa siswa yang mengerjakan PR pelajaran lain dan kurang memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung. Bila siswa diberi latihan soal yang agak sulit, siswa tidak mengerjakan soal tersebut dan tidak termotivasi untuk mencari penyelesaian dari soal tersebut. Siswa lebih senang menunggu guru menyelesaikan soal tersebut. Hal ini disebabkan siswa kurang diberikan kesempatan untuk bertanya dan menyampaikan pendapat.
Mengingat bahwa siswa merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan, perlu diupayakan adanya pembenahan terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan optimalisasi prestasi belajar siswa. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1988: 62) berpendapat bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.
  1. Faktor internal, merupakan faktor di dalam diri siswa yang meliputi faktor fisik misalnya kesehatan dan faktor psikologis, misalnya motivasi, kemampuan awal, kesiapan, bakat, minat dan lain-lain.
  2. Faktor eksternal, merupakan faktor yang ada di luar diri siswa, misalnya keluarga, masyarakat,  sekolah dan lain-lain.
Selanjutnya mengenai keberhasilan belajar matematika Herman Hudoyo (1988: 6-7) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar matematika sebagai berikut.
  1. Peserta didik, meliputi: kemampuan, kesiapan, minat, motivasi, serta kondisi siswa pada saat mengikuti kegiatan belajar matematika.
  2. Pengajar, meliputi: pengalaman, kepribadian, penguasaan materi matematika dan cara penyampaian yang diberikan oleh guru.
  3. Prasarana dan sarana, meliputi ruangan, alat bantu belajar, buku tulis dan sumber belajar yang membantu kelancaran proses belajar-mengajar.
  4. Penilaian, digunakan untuk melihat hasil belajar matematika siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan kegiatan belajar dan memperbaiki hasil belajar selanjutnya.
Dari pendapat tersebut di atas ada beberapa faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan prestasi belajar siswa adalah meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika. Motivasi sebagai keseluruhan daya penggerak yang ada dalam diri siswa mampu menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa dapat tercapai. Motivasi dapat berasal dari dalam diri siswa (intrinsik) maupun dari luar diri siswa (ekstrinsik).
Penggunaan metode pembelajaran ekspositori dengan pemberian kuis dapat menigkatkan motivasi belajar matematika sehingga diharapkan dapat meningkatkan kegiatan belajar matematika dan memperbaiki hasil belajar selanjutnya. Dengan menerapkan metode ini, pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru tetapi siswa bisa lebih aktif dalam pembelajaran.
      Berdasarkan pada permasalahan tersebut akan dilaksanakan penelitian pembelajaran matematika menggunakan metode ekspositori dengan pemberian kuis untuk memotivasi belajar matematika siswa. Metode pembelajaran ekspositori dengan pemberian kuis matematika ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi rendahnya motivasi belajar yang dialami oleh siswa.
B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan analisis situasi, rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini sebagai berikut.
Bagaimanakah pembelajaran matematika menggunakan metode ekspositori dengan pemberian kuis yang dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas XI Penjualan SMK Negeri 7 Yogyakarta?


C.    Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas XI Penjualan semester 2 SMK Negeri 7 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas XI Penjualan SMK Negeri 7 Yogyakarta jika selama pembelajaran menggunakan metode ekspositori diberikan kuis.
D.    Manfaat Penelitian
            Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, sebagai berikut.
1.      Memberdayakan guru dalam penyusunan latihan soal dan soal kuis yang mengaitkan materi dengan kehidupan nyata, membimbing siswa dalam memecahkan masalah, memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya, memantau siswa saat mengerjakan latihan soal dengan berdiskusi, dan pengelolaan kelas.
2.      Memberdayakan siswa untuk berlatih kerja sama dan tanggung jawab dalam diskusi kelompok serta melatih siswa untuk bertanya dan menyampaikan pendapat.
3.      Dapat digunakan sebagai bekal peneliti untuk mengajar dikemudian hari.






BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Landasan Teori
1.      Metode Ekspositori
Menurut Tim MKPBM (2001: 171) metode ekspositori sama seperti metode ceramah tetapi dominasi guru banyak berkurang, karena guru tidak terus-menerus berbicara. Guru berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan membimbing siswa dalam memahami materi serta memberi contoh soal.
Dalam metode ekspositori siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan saja, tetapi juga membuat soal  dan bisa bertanya kalau tidak mengerti. Guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara individual, atau menjelaskan kembali kepada siswa secara individual atau klasikal. Pada metode ekspositori siswa belajar lebih aktif daripada metode ceramah. Siswa mengerjakan latihan soal sendiri atau juga dapat berdiskusi dengan temannya.
Menurut David P. Ausubel yand dikutip oleh Tim MKPBM (2001: 171) metode ekspositori merupakan cara mengajar yang paling efektif dan efisien dalam menanamkan belajar bermakna. Sehingga metode ekspositori merupakan  cara yang paling efektif dan efisien untuk mengajar matematika.
Menurut David P. Ausubel yand dikutip oleh Tim MKPBM (2001: 171), belajar dibedakan menjadi: belajar dengan menerima (reception learning) dan belajar melalui penemuan (discovery learning).
1.      Belajar dengan menerima (reception learning)
                        Belajar dengan menerima, materi yang disajikan kepada siswa lengkap sampai bentuk akhir yang berupa rumus atau pola bilangan.
2.      Belajar melalui penemuan (discovery learning)
Pada belajar dengan penemuan, bentuk akhir yang berupa rumus, pola atau aturan-aturan yang lain harus ditemukan oleh siswa sendiri. Proses penemuannya dapat dilakukan oleh siswa sendiri atau dapat pula dengan bimbingan guru.
Menurut Muhibbin Syah (2002: 144) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam.
a.       Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.
b.      Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa.
c.       Faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
Pemilihan metode pembelajaran yang efektif dan efisien untuk mengajar sangat penting karena dapat mempengaruhi belajar siswa. Dengan demikian, diharapkan penggunaan metode ekspositori dengan tepat akan menjadi metode yang baik untuk pembelajaran matematika.
2.      Pemberian Kuis Matematika
Dalam pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah-masalah yang kontekstual, siswa dapat secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep-konsep matematika. Disamping itu juga dapat memotivasi siswa untuk menyenangi matematika karena mengetahui keterkaitan dan kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari (http://www.bruderfic.or.id/h-129/peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi-belajar-siswa.html).
.Setelah guru merencanakan dengan baik strategi pembelajaran, guru perlu melakukan penilaian atau evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi suatu pemelajaran. Evaluasi pembelajaran matematika di SMK menekankan pada proses dan hasil pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar dapat memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar (http://www.google.co.id/search?hl=en&cr=countryID&q=model-model+ pembelajaran&start=10&sa=N).
            Kuis merupakan isian singkat dan menanyakan hal-hal yang prinsip. Biasanya dilakukan sebelum pelajaran dimulai atau setelah menjelaskan materi pelajaran, kurang lebih 5 -10 menit. Kuis dilakukan untuk mengetahui penguasaan pelajaran oleh siswa. Tingkat berpikir yang terlibat adalah pengetahuan dan pemahaman (http://www.google.co.id/search?hl=en&cr=countryID&q=model-model+ pembelajaran&start=10&sa=N).
Kuis terdiri dari soal-soal singkat yang mencakup pelajaran yang baru dipelajari atau untuk mengingat pelajaran sebelumnya yang sudah disampaikan. Kuis dilakukan untuk mengetahui penguasaan pelajaran oleh siswa.  Pemberian kuis antara lain berfungsi (http://www.google.co.id/search?hl=en&cr=countryID&q=model-model+ pembelajaran&start=10&sa=N):
1.      mengetahui kemajuan belajar siswa,
2.      mendiagnosis kesulitan belajar,
3.      Memberikan umpan balik,
4.      sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan,
5.      memotivasi siswa untuk belajar lebih baik.
Kuis biasanya terdiri dari satu atau dua soal. Dalam mengerjakan kuis siswa tidak boleh membuka buku dan dikerjakan secara mandiri. Setelah mengerjakan kuis, hasilnya dikumpulkan dan diberikan penilaian oleh guru. Apabila siswa kurang yakin dengan penyelesaian kuis yang telah dikerjakan, siswa diberi kesempatan untuk menanyakan kepada guru (http://www.google.co.id/search?hl=en&cr=countryID&q=model-model+ pembelajaran&start=10&sa=N). Dengan adanya kuis setiap hari, menuntut siswa untuk mempelajari materi yang sudah diberikan maupun yang akan diajarkan. Sehingga diharapkan pemberian kuis dapat meningkatkan motivasi belajar siswa .
3.      Motivasi Belajar Matematika
Menurut Sardiman (1996: 73-75) motif adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Motif juga dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan sesuatu demi mencapai tujuan. Berasal dari kata “motif”, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah aktif. Jadi, motivasi dapat diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang.
Menurut Moh. Uzer Usman (2000: 28:29) motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan Elida Prayitno (1989: 30) menyatakan bahwa motivasi diartikan sebagai jantungnya proses belajar bukan saja menggerakkan tingkah laku, tetapi juga mengarahkan dan memperkuat tingkah laku. Siswa yang termotivasi dalam belajar, menunjukkan minat, kegairahan dan ketekunan yang tinggi dalam belajar, tanpa tergantung banyak kepada guru.
Dilihat dari alasan timbulnya motivasi Burton yang dikuitip oleh Pasaribu dan Simanjuntak (1983: 53) membagi motivasi menjadi dua.
a.       Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang timbul dari dalam individu untuk berbuat sesuatu.
b.      Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang timbulnya dari luar individu.
Sardiman A. M (1996: 75) mengatakan bahwa motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu dapat timbul di dalam diri seseorang. Sedangkan Sumadi Suryabrata (1983: 9) mengemukakan pendapatnya bahwa motivasi intrinsik lebih efektif dalam mendorong seseorang untuk belajar daripada motivasi ekstrinsik.
Menurut Sardiman A. M (1996: 75) dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar tersebut dan juga memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki siswa dalam belajar tercapai.
Menurut Sardiman (1996: 85) fungsi motivasi bagi siswa antara lain:
1.      mendorong siswa untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi,
2.      menentukan arah, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai,
3.      menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Utami Munandar (1992: 34-35) menyatakan ciri siswa yang bermotivasi, antara lain:
1.      tekun menghadapi tugas,
2.      ulet menghadapi tugas,
3.      tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi,
4.      ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan,
5.      selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin,
6.      menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah,
7.      senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan tugas-tugas rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif),
8.      dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya,
9.      mengejar tujuan-tujuan jangka panjang,
10.  senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Selain itu motivasi juga sebagai pendorong usaha dalam pencapaian prestasi. Menurut Anderson dan Faust yang dikutip oleh Elida Prayitno (1989: 10) mengungkapkan bahwa motivasi siswa dalam belajar dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman perhatian, konsentrasi dan ketekunan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa siswa yang temotivasi dapat dilihat dari ketekunan, perhatian, konsentrasi dan minat terhadap memecahkan persoalan.
Belajar menurut Morgan yang dikutip oleh Sri Rumini (1995: 59) adalah perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil latihan dan pengalaman. Dalam pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan sekedar mengingat, akan tetapi lebih luas , bukan suatu penguasaan hasil latihan. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan proses belajar.
Menurut Dimyati Mahmud yang dikutip oleh Sri Rumini (1995:59) berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku baik yang diamati maupun yang tidak diamati secara langsung dan terjadi dalam diri seseorang karena pengalaman. Menurut Moh. Surya yang dikutip oleh Sri Rumini (1995: 59) juga berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Sedangkan menurut Fontana yang dikutip oleh Erman Suherman (2003:7) pengertian belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil pengalaman.
Ratna Wilis Dahar (1996: 11) memberikan penjelasan tentang komponen-komponen yang terdapat di dalam belajar, sebagai berikut.
a.       Perubahan Perilaku
Belajar disimpulkan, sebagai perilaku suatu organisma termasuk manusia, mengalami perubahan. Dalam hal ini yang menjadi perhatian utama adalah perilaku verbal dari manusia.
b.      Belajar dan Pengalaman
Komponen yang kedua ini diungkapkan ”sebagai suatu hasil pengalaman”. Belajar dengan istilah ini menekankan pada pengalaman yang merupakan komponen utama dalam belajar.
Belajar menurut Endang Supartini (2001: 5) adalah suatu proses usaha yang dilakukan dengan lingkungannya, supaya terjadi perubahan perilaku atau pribadi kearah lebih baik. Sedangkan menurut Slameto (1991: 2) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam proses belajar dapat berupa penambahan, pengayaan atau pendalaman mengenai pendalaman baru. Perubahan tersebut bisa juga diartikan dari keadaan tahu menjadi tidak tahu, atau dari keadaan tidak terampil menjadi terampil, perubahan tersebut terjadi tidak didapat dari faktor kemetangan melainkan melalui pengalaman atau latihan.
Menurut Suryawahyuni Latief, beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran sebagai berikut.
1.      Memberikan penghargaan dengan menggunakan kata-kata, seperti ucapan bagus sekali, hebat, dan menakjubkan.  Penghargaan yang dilakukan dengan kata-kata (verbal) ini mengandung makna yang positif karena akan menimbulkan interaksi dan pengalaman pribadi bagi diri siswa itu sendiri.      
2.      Memberikan tes (tes singkat atau kuis dan tes evaluasi) dan memberikan nilai dari tes tersebut sebagai pemacu siswa untuk belajar lebih giat.  Dengan mengetahui hasil yang diperoleh dalam belajar maka siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi.
3.      Menumbuhkan dan menimbulkan rasa ingin tahu dalam diri siswa.  Rasa ingin tahu dapat ditimbulkan oleh suasana yang mengejutkan atau tiba-tiba.
4.      Mengadakan permainan dan menggunakan simulasi.  Mengemas pembelajaran dengan menciptakan suasana yang menarik sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan dapat melibatkan afektif dan psikomotorik siswa.  Proses pembelajaran yang menarik akan memudahkan siswa memahami dan mengingat apa yang disampaikan.
5.      Menumbuhkan persaingan dalam diri siswa. Maksudnya adalah guru memberikan tugas dalam setiap kegiatan yang dilakukan, dimana siswa dalam melakukan tugasnya tidak bekerjasama dengan siswa yang lainnya.  Dengan demikian siswa akan dapat membandingkan hasil pekerjaan yang dilakukannya dengan hasil siswa lainnya.
6.      Memberikan contoh yang positif, artinya dalam memberikan pekerjaan kepada siswa guru tidak dibenarkan meninggalkan ruangan untuk melaksanakan pekerjaannya lainnya.
7.      Penampilan guru; penampilan guru yang menarik, bersih, rapi, sopan dan tidak berlebih-lebihan akan memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Termasuk juga kepribadian guru, guru yang masuk kelas dengan wajah tersenyum dan menyapa siswa dengan ramah akan mebuat siswa merasa nyaman dan senang mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung. (http://202.152.33.84/index.php?option=com_content&task=view&id=13377&Itemid=46)
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya pengaruh yang ada di diri siswa yang dapat menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan itu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar mengandung peranan penting dalam menumbuhkan gairah atau semangat dalam belajar, sehingga siswa yang bermotivasi kuat memiliki energi yang banyak untuk melakukan kegiatan belajar (Winkel , 1991: 92).
Dengan demikian, pemberian kuis dalam pembelajaran matematika dapat merangsang siswa untuk lebih rajin belajar. Hal ini disebabkan dengan pemberian kuis matematika, siswa akan lebih berminat, tekun, perhatian, konsentrasi dan bergairah terhadap materi matematika yang diberikan. Sehingga pemberian kuis dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa.
B.     Penelitian yang Relevan
Susiyana telah melakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams-Games-Tournaments) di SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta Kelas VII. Hasil penelitian disebutkan bahwa setelah diterapkan pembelajarn tipe TGT yang dilaksanakan melalui lima tahapan yaitu presentasi kelompok, belajar kelompok, game, tournament, dan penghargaan kelompok atau individu dengan kuis sebagai salah satu metode penilaian, motivasi belajar siswa mengalami peningkatan.






BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) dan terdiri dari 2 siklus. Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian yang dikembangkan oleh  Kemmis dan Mc. Taggart. Model tersebut digambarkan sebagai berikut.
                                               

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari tiga tahap dalam setiap siklus.  Setiap siklus tindakan meliputi:
1.      perencanaan tindakan,
2.      pelaksanaan dan observasi (pengamatan) tindakan,
3.      refleksi.
Penelitian ini dilaksanakan minimal dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Penelitian dilaksanakan selama proses pembelajaran matematika  dengan materi macam-macam matriks, operasi matriks, determinan dan invers matriks serta aplikasi persamaan linear. Berikut ini penjabaran setiap siklusnya:
1.      SIKLUS  I
a. Perencanaan Tindakan
Tahap perencanaan untuk siklus I diawali menyusun instrumen, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), soal-soal untuk kuis, tes prestasi, pedoman wawancara, angket, serta pedoman observasi oleh peneliti yang dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru .
 Untuk kegiatan pada siklus I ini, peneliti mempersiapkan 3 buah kuis dan satu tes prestasi dengan sub pokok bahasan: pengertian, notasi dan ordo suatu matriks, jenis-jenis matriks, dan operasi-operasi pada matriks. Sebelum diberikan kepada siswa, soal-soal kuis dan tes prestasi tersebut dikonsultasikan terlebih dahulu bersama dosen pembimbing, serta guru matematika yang bersangkutan terlebih dahulu, untuk mengoreksi kevalidan soal. Setelah mendapat persetujuan, barulah soal-soal kuis dan tes prestasi tersebut diberikan kepada siswa.
b.      Pelaksanaan dan Observasi (pengamatan) Tindakan
Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dengan setting sesuai rencana penelitian yang telah disusun. Pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan metode ekspositori dengan sub pokok bahasan macam-macam matriks dan operasi matriks.
Guru membimbing siswa dalam memahami materi dan memberikan contoh soal. Kemudian untuk mengetahui pemahaman siswa guru memberikan kuis kepada siswa selama 5 – 10 menit yang dikerjakan secara mandiri oleh siswa dan hasilnya dikumpulkan untuk dinilai, soal hanya satu buah pada setiap kuis yang diberikan. Kuis diberikan  setelah guru membimbing siswa dalam memahami materi pelajaran. Guru mengawasi saat para siswa mengerjakan kuis dan peneliti juga ikut membantu mengawasi.
                     Bila siswa telah selesai mengerjakan kuis, maka guru bersama-sama siswa membahas soal kuis. Kemudian guru memberikan latihan soal yang dikerjakan secara berdiskusi dengan teman sebangku. Apabila telah selesai mengerjakan latihan soal, guru menunjuk salah satu siswa untuk maju ke depan kelas. Selama siswa menjelaskan di depan kelas, guru dan siswa yang lain mendengarkan baik–baik, setelah selesai menjelaskan, barulah guru menanyakan apakah ada yang tidak setuju atau mungkin memiliki jawaban yang berbeda dengan jawaban siswa yang maju, bila ternyata ada yang memiliki pendapat yang berbeda, maka siswa tersebut dipersilahkan untuk memberikan pendapatnya di depan kelas juga. Setelah itu, guru menyimpulkan jawaban yang benar dan melanjutkan ke materi berikutnya.
               Pada saat pembelajaran berlangsung, peneliti mengamati segala aktivitas yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung, baik aktivitas siswa, maupun guru yang mengajar. Agar informasi yang diperoleh lebih akurat, maka peneliti telah mempersiapkan pedoman observasi untuk penyusunan catatan lapangan.
c.       Refleksi
            Peneliti melakukan diskusi dengan guru untuk menyimpulkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan menyusun rencana perbaikan pada siklus II yang dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Data yang diperoleh selama observasi digunakan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar matematika siswa dengan pemberian kuis dalam pembelajaran matematika.
               Evaluasi yang dilakukan antara lain meliputi ketercapaian indikator pembelajaran, kendala–kendala yang dihadapi selama tindakan berlangsung, respons siswa terhadap tindakan pembelajaran, melakukan evaluasi I berupa tes matriks kepada siswa berdasarkan soal–soal tes yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Keseluruhan hasil evaluasi yang menyebabkan hambatan ketercapaian sasaran pada siklus I (bila ada) digunakan sebagai pedoman untuk melakukan siklus II, agar ketercapaian indikator pembelajaran lebih baik.
2.      SIKLUS II
Tahap perencanaan pada siklus II diawali dengan identifikasi masalah berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Masalah–masalah yang timbul pada siklus I ditetapkan alternatif pemecahan masalahnya dengan harapan tidak terulang pada siklus II nantinya.


B.     Partisipan  Penelitian
            Partisipan penelitian ini adalah guru dan siswa kelas XI Penjualan SMK Negeri 7 Yogyakarta yang berjumlah 37 siswa.
C.    Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan pra penelitian dimulai dengan penelusuran masalah di SMK Negeri 7 Yogyakarta pada bulan Februari 2008. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 7 Yogyakarta kelas XI Penjualan pada tanggal 2 – 16 April 2008.
D.    Setting Penelitian
            Setting penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah setting kelas, di mana data diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti dibantu satu orang peneliti lain dalam melakukan pengamatan selama proses pembelajaran, berupa penerapan metode pembelajaran ekspositori dengan pemberian kuis dalam pembelajaran matematika di kelas XI Penjualan SMK Negeri 7 Yogyakarta.
E.     Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti, lembar observasi, angket, pedoman wawancara, soal kuis dan tes prestasi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, pemberian angket, wawancara, dan dokumentasi.
1.      Peneliti
             Peneliti merupakan instrumen utama, karena peneliti sekaligus berperan sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya.
2.      Lembar Observasi
            Lembar observasi digunakan untuk mencatat kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran selama tindakan diberikan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan pemberian kuis dalam pembelajaran sebagai upaya peningkatan motivasi belajar siswa.
Untuk mengisi lembar observasi ini yaitu memilih “ya” bila deskripsi dilakukan dan “tidak” bila deskripsi tidak dilakukan. Adapun kisi-kisi untuk lembar observasi yang digunakan sebagai berikut.
Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi

Aspek yang Diamti
Nomor Butir
Jumlah
A
Guru membimbing siswa dalam proses belajar mengajar
1, 2, 3, 6, 7, 10,11, 23
8
B
Guru memotivasi siswa dalam meningkatkan belajar matematika dengan pemberian kuis
4, 5, 17, 22
4
C
Sikap siswa saat pembelajaran
9, 15, 16
3
D
Sikap siswa saat diberikan kuis
18, 19, 20
3
E
Bentuk motivasi yang diberikan guru
8, 12, 13, 14, 21
5

Jumlah

23

3.      Angket
            Angket ini berupa kumpulan pernyataan untuk mengumpulkan data mengenai respons siswa terhadap pemberian kuis dalam proses pembelajaran matematika guna meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika. Angket ini terdiri dari 22 butir pernyataan yang terbagi menjadi 2 butir pernyataan negatif dan 20 butir pernyataan positif. Masing-masing butir pernyataan mempunyai 5 alternatif jawaban yaitu:

 SS       : sering sekali,                          JR        : jarang,
             S         : sering ,                                   TP        : tidak pernah.
             KK     : kadang-kadang,
            Tabel 2. Kisi-kisi Angket       
No.
Indikator
Nomor Butir Soal
Jumlah
A.

B.


C.

D.
Motivasi mengerjakan kuis matematika
Ketekunan dalam mengerjakan dan menyelesaiakan kuis matematika
Usaha untuk meningkatkan prestasi belajar
Besarnya perhatian terhadap kuis matematika
1, 2, 3, 4, 5, 6

7, 8, 9, 10, 11


12,13,14,15

16,17,18,19,20,22
6

5


4

7

Jumlah

22

4.      Pedoman Wawancara
            Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan yang akan diajukan pada siswa. Pedoman wawancara ini digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai proses pelaksanaan pembelajaran. Pedoman wawancara ini meliputi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan motivasi belajar siswa, prestasi belajar, mata pelajaran matematika, dan pertanyaan yang berhunbungan dengan pemberian kuis di setiap pertemuan. Pedoman wawancara dalam Lampiran 10. Adapun aspek-aspek dalam pedoman wawancara siswa yaitu:
a.       kegiatan belajar yang dilakukan siswa selama di rumah,
b.      bentuk motivasi yang diberikan guru dan orang tua,
c.       pengaruh pemberian kuis terhadap motivasi belajar siswa.

                                   
5.      Soal-soal Kuis
      Kuis yang disusun untuk penelitian ini dikembangkan berdasarkan analisis kurikulum atau silabus SMK Negeri 7 Yogyakarta untuk mata pelajaran matematika materi Matriks kelas XI Penjualan sebagai berikut.
Standar Kompetensi   :  Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep
                                       Matriks
Indikator                     :
a.       menentukan unsur-unsur matriks dan notasinya,
b.      membedakan matriks menurut jenis,
c.       menentukan kesamaan matrik,
d.      menyelesaikan operasi matriks,
e.       menentukan determinan suatu matriks persegi,
f.       menentukan invers sustu matriks persegi,
g.      menyelesaikan sistem persamamaan linear dengan menggunakan matriks.
      Kuis diberikan di awal, maupun pada akhir pembelajaran. Kuis hanya diberikan sekali atau dua kali dalam setiap pertemuan. Tes singkat (kuis) diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
6.      Tes prestasi
            Tes prestasi merupakan  tes evaluasi diberikan apabila sub bab telah selesai. Tes ini diberikan pada akhir siklus I dan akhir siklus II. Tes prestasi digunakan untuk mengukur penguasaan dan kemampuan para siswa setelah siswa menerima proses belajar-mengajar dari guru. Instrumen ini  juga digunakan sebagai sumber tambahan dalam melihat perkembangan motivasi siswa yang dilihat dari aspek peningkatan nilai dan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran dengan metode ekspositori yang diberikan kuis. Tes digunakan untuk mengetahui ketercapaian prestasi belajar siswa siswa. 
7.   Dokumentasi
            Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi dengan mencatat atau mengabadikan kegiatan berupa foto atau melihat catatan-catatan (arsip-arsip) yang dilakukan dalam penelitian. Dokumen-dokumen tersebut antara lain berupa arsip perencanaan pembelajaran dan hasil pekerjaan siswa yang dapat memberi informasi data serta dokumen berupa foto yang menggambarkan situasi pembelajaran matematika. Dokumentasi ini dilakukan selama proses belajar mengajar pada materi matriks.
F.     Teknik Analisis Data
      Teknis analisis data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut.
1.      Reduksi data
Kegiatan dalam reduksi data yaitu kegiatan memfokuskan, menyederhanakan, dan mentransfer data kasar ke catatan lapangan.
2.      Triangulasi
Triangulasi dilakukan dengan membandingkan data hasil observasi, wawancara dan angket. Triangulasi sekaligus digunakan untuk memeriksa keabsahan data.
3.      Display data
Data hasil reduksi dan triangulasi disajikan dalam bentuk deskripsi, tabel atau grafik.
4.      Penarikan kesimpulan
Dari data-data yang diperoleh kemudian diambil suatu kesimpulan.
Di samping analisis data di atas, untuk penarikan kesimpulan data observasi motivasi belajar matematika siswa dan data angket motivasi belajar matematika  siswa dilakukan analisis data deskriptif. Klasifikasi hasil observasi motivasi belajar matematika siswa dan data angket motivasi belajar matematika  siswa sesuai dengan tabel 4 berikut.
Tabel 3. Klasifikasi Hasil Persentase Skor Motivasi Belajar Siswa
      Persentase skor yang diperoleh
Kategori
66,68% ≤  ≤ 100%
Tinggi
33,34% ≤  ≤ 66,67%
Sedang
0% ≤ ≤ 33,33%
Rendah

            Cara menghitung persentase hasil observasi dan angket motivasi belajar siswa, yaitu:
                                   
      Keterangan:
 = persentase total yang diperoleh,
 = jumlah skor yang diperoleh siswa pada setiap variabel/aspek,
       = jumlah skor total maksimal pada setiap variabel/aspek.

Rata-rata nilai dihitung dengan rumus:
                       
Keterangan:
nilai rata-rata,
banyaknya siswa,
nilai masing-masing siswa, .
G.    Indikator Keberhasilan
            Komponen-komponen yang menjadi indikator keberhasilan dalam peneliatian ini sebagai berikut.
1.      Rata-rata skor motivasi belajar matematika siswa mengalami peningkatan dari satu siklus ke siklus berikutnya dan telah mencapai kategori tinggi.
2.      Peningkatan nilai rata-rata tes matriks siswa dari siklus I ke siklus berikutnya.









BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Berikut ini tabel jadwal pelaksanaan penelitian.
   Tabel  4. Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Kelas XI Penjualan
Siklus
Pertemuan
Hari / Tanggal
Pukul
Materi
I


1



Rabu,
02 April 2008


08.30 WIB s.d. 10.15 WIB
Macam-macam matriks ,kesamaan matriks dan operasi matriks yaitu penjumlahan dan pengurangan matriks
2

Senin,
07 April 2008

07.45 WIB s.d. 09.15 WIB
Operasi matriks yaitu perkalian matriks dengan skalar dan perkalian dua matriks
II
1
Senin,
14 April 2008
07.45 WIB s.d. 10.15 WIB
Determinan dan invers matriks
2
Rabu,
16 April 2008
08.30 WIB s.d. 09.15 WIB
Aplikasi Persamaan Linear

B.     Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan.


1.      Kegiatan pada Siklus I
                  Siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan. Masing-masing pertemuan mempunyai alokasi waktu 2 x 45 menit. Sebelum melakukan kegiatan pada siklus I, peneliti melakukan tahap perencanaan. Pada tahap ini peneliti menyususn Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tercantum pada Lampiran1. Kuis 1, kuis 2, kuis 3 berturut-turut tercantum pada Lampiran 4 dan Lampiran 10. Latihan soal tercantum pada   Lampiran 3 dan lampiran 9 dan tes pretasi 1 tercantum pada Lampiran 25 dengan pertimbangan dari dosen pembimbing dan guru matematika kelas XI Penjualan. Peneliti juga menyusun instrumen penelitian lainnya seperti pedoman observasi dan angket berturut-turut tercantum pada Lampiran 34 dan Lampiran 36 yang telah disetujui oleh dosen pembimbing.
Hasil penelitian tindakan kelas pada penelitian ini, sebagai berikut.
a.      Pelaksanaan Pembelajaran
1)   Pertemuan Pertama
      Pertemuan 1 dilaksanakan sesuai jadwal pelajaran matematika di kelas XI Penjualan SMK Negeri 7 Yogyakarta, yaitu pada hari Rabu 02 April 2008 pukul 08.30 WIB sampai dengan pukul 10.15 WIB. Tujuan pembelajaran pada pertemuan 1 ini adalah siswa dapat menentukan unsur-unsur dan notasi matriks, membedakan matriks menurut jenis, menentukan kesamaan matriks dan menyelesaikan operasi matriks yaitu: transpose, penjumlahan, dan  pengurangan matriks. Berikut ini adalah langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan 1.
a)      Kegiatan Awal
Kegiatan pembelajaran diawali oleh guru matematika dengan mengecek kesiapan siswa dan  kehadiran siswa. Jumlah siswa yang ikut dalam proses pembelajaran matematika 37 siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu menentukan unsur-unsur dan notasi matriks, membedakan matriks menurut jenis, menentukan kesamaan matriks dan menyelesaikan operasi matriks yaitu: transpose, penjumlahan, dan  pengurangan matriks.  Guru kemudian menjelaskan kepada siswa bahwa selama pembelajaran matematika materi matriks akan diberikan kuis pada setiap pertemuan. Sebagian siswa terlihat senang dan antusias mendengar pemberitahuan tersebut.
Guru menjelaskan kepada siswa bahwa pada pertemuan ini akan diberikan dua kuis. Kuis 1 setelah mempelajari macam-macam matriks dan kuis 2 diberikan setelah mempelajari kesamaan matriks dan operasi matriks yaitu transpose, penjumlahan, dan  pengurangan matriks. Kemudian siswa diberikan lembar kerja siswa berupa latihan soal yang dikerjakan dengan berdiskusi bersama teman sebangku.
b)      Kegiatan inti
Guru menyuruh siswa membuka materi Matriks, kemudian menanyakan kepada siswa tentang pengertian matriks. Guru memulai dengan memberikan contoh matriks yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Contoh:
Susunlah matriks dari daftar berikut ini!
Banyaknya PNS di suatu instansi menurut golongan
Jenis Kelamin
Gol I
Gol II
Gol III
Gol IV
Laki-laki
Perempuan
2
0
9
11
17
8
7
3

Kemudian guru membimbing siswa untuk memahami pengertian matriks, notasi suatu matriks, baris, kolom, elemen, dan ordo matriks dengan menjawab contoh di atas.
Misalkan matriks dari daftar tersebut diberi nama P, maka:
            
                          K1   K2   K3  K4
a.       Matriks P mempunyai 2 baris dan 4 kolom, jadi ordo matriks P adalah
b.      Elemen baris ke-1 adalah 2, 9,17, 7
c.       Elemen baris ke-2 adalah 0, 11, 8, 3
d.      Elemen kolom ke-1 adalah 2, 0
e.       Elemen kolom ke-2 adalah 9, 11
f.       Elemen kolom ke-3 adalah 17, 8
g.      Elemen kolom ke-4 adalah 7, 3

Guru membimbing siswa untuk mengetahui perbedaan jenis-jenis matriks dan memberi contoh soal. Kemudian guru menunjuk salah satu siswa untuk memberikan contoh yang lain dari salah satu jenis matriks.
 Contoh lain yang dikerjakan salah satu siswa sebagai berikut.
Matriks Persegi    
Untuk materi awal siswa belum mengalami kesulitan, sehingga guru memberikan kuis 1 untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Pada saat diberikan kuis, siswa terlihat senang. Kemudian guru membagikan lembar kuis 1 dan menyuruh siswa untuk menutup buku. Guru memberi tahu kuis 1 dikerjakan selama 5 menit. Siswa mengerjakan kuis dengan tenang, dan mengerjakan secara mandiri. Ada satu siswa yang mengerjakan kuis 1 hanya dalam waktu 2 menit sehingga membuat siswa lain agak gaduh, tetapi suasana kembali normal dan kuis 1 diselesaikan oleh semua siswa dalam waktu 5 menit kemudian dikumpulkan.
Kuis 1 tidak dibahas karena siswa tidak mengalami kesulitan. Setelah diberi kuis 1, sebagian siswa menginginkan untuk diberi kuis lagi pada pertemuan-pertemuan berikutnya. Berikut salah satu kutipannya.
Siswa 1            : “Bu, besok diberikan kuis lagi ya.”
Siswa 2            : “Ya, bu besok ada kuis lagi ya.”
Guru                : “Ya,”

Dari kutipan dialog di atas siswa merasa senang dengan pemberian kuis. Hal ini terlihat dari minat siswa terhadap kuis matematika.
Karena sudah tidak ada kesulitan, guru melanjutkan materi bahasan yaitu penjumlahan dan pengurangan matriks. Siswa pun lebih semangat dalam mengikuti pelajaran karena setelah mempelajari penjumlahan dan pengurangan matriks akan diberikan kuis lagi. Guru membimbing siswa dalam menentukan kesamaan matriks dan memberi contoh soal berikut.
Kesamaan Matriks
, dan
Jika A = B, tentukan nilai a, b, dan c!
Jawab:
Maka,
            
Jadi, a = 2, b = 3, dan c = 2

Kemudian membimbing siswa tentang cara menyelesaikan transpos matriks dan memberi contoh soal. Berikut contoh soal transpos matriks.
Contoh 1:
, maka
, maka

 Dari contoh soal tersebut, siswa menyelesaikan contoh soal untuk mengetahui sifat-sifat transpos matriks. Kemudian siswa dibimbing oleh guru untuk menyimpulkan sifat-sifat transpos matriks.
Contoh 2 :
Dari matriks A dan natriks B di atas, tentukanlah:
a.  dan . Apakah ?
b.
c.  dan . Apakah ?
Jawab:
a.    dan
, maka
     
      Ya,
b.  

c.   , dan
     
      Ya,

Dari soal di atas dapat disimpulkan, sifat-sifat transpos matriks yaitu:
a. ,
b. ,
c. , dengan  suatu bilangan.

Guru membimbing siswa tentang cara menyelesaikan penjumlahan matriks dan memberikan contoh soal. Kemudian salah satu siswa menyelesaikan soal di depan untuk mengetahui sifat-sifat penjumlahan. Siswa dibimbing oleh guru untuk menyimpulkan sifat-sifat penjumlahan matriks. Guru membimbing siswa cara menyelesaikan pengurangan matriks dan memberikan contoh soal yang dikerjakan oleh siswa.
                  Contoh:
Jika  dan
1. 
2. 

Guru menunjuk salah satu siswa (Rosma) untuk maju dan mengerjakan soal di depan. Berikut contoh soal yang dikerjakan.
Soal:
,  dan  tentukan :
a.    dan . Apakah ?
b.   dan . Apakah ?
Jawab:
a.  
     
      Ya, .

Setelah salah satu siswa tersebut  mengerjakan soal, guru menanyakan kepada siswa lain, “Apakah ada jawaban yang berbeda?”. Siswa menjawab, “Sama Bu”.  Kemudian guru menyuruh siswa mengerjakan soal b di buku masing-masing. Setelah siswa mengerjakan soal b, guru membimbing siswa menyimpulkan sifat-sifat penjumlahan matriks yang berordo sama, yaitu:
a.       komutatif        : ,
b.      assosiatif         : .

Karena tidak ada pertanyaan kemudian guru memberikan kuis lagi. Kuis 2 dibagikan kepada siswa yang dikerjakan selama 10 menit. Siswa mengerjakan kuis 2 dengan tenang, dan ada salah satu siswa yang mengerjakan kuis 2 hanya dalam waktu 4 menit saja. Setelah kuis selesai, guru memberikan latihan soal yang dikerjakan dengan berdiskusi dengan teman sebangku. Guru berkeliling untuk mengontrol kegiatan belajar siswa dan memonitor pekerjaan siswa.
Ketika siswa sudah berdiskusi dengan teman sebangku, guru menjadi lebih santai. Siswa terlihat sibuk bertukar pikiran dalam menyelesaikan latihan soal, sehingga mereka bertanya kepada guru bila mereka benar-benar tidak bisa mengerjakan latihan soal atau pada saat mereka tidak yakin dengan jawaban yang diperoleh. Berikut salah satu percakapan antara guru dan siswa.
Siswa               :”Ini yang dikerjakan transposenya dulu apa pegurangannya dulu?”
Guru                :”Coba lihat sifat-sifat transpose matriks!”
Siswa               :”Berarti ditranspose dulu bu”
Guru                :”Boleh dikurangi dulu atau diubah dalam transpose dulu nanti hasilnya sama saja”

Guru menyuruh siswa untuk mengerjakan hasil pekerjaannya di depan. Ketika guru menyuruh mengerjakan latihan soal nomor 1, terlihat banyak siswa yang tunjuk tangan untuk mengerjakan latihan soal di depan. Soal nomor 2 dibahas bersama-sama siswa dan guru.

c)      Kegiatan Akhir
Pada akhir pembelajaran guru memberikan pekerjaan rumah (PR) untuk siswa. PR yang diberikan merupakan lanjutan latihan soal nomor 3 sampai nomor 6, karena setelah membahas soal nomor 2 waktu untuk pelajaran matematika telah selesai. Guru juga mengingatkan siswa untuk mempelajari materi berikutnya karena pada pertemuan berikutnya juga akan ada kuis lagi.
2)      Pertemuan kedua
            Pertemuan 2 dilaksanakan pada tanggal 07 April 2008 pukul 07.45 WIB sampai dengan 09.15 WIB. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan 2.
a)      Kegiatan Awal
      Pembelajaran diawali dengan doa bersama dipimpin oleh guru matematika. Peneliti bersama satu pengamat yang lain duduk di barisan belakang. Guru menanyakan kepada siswa apakah ada kesulitan dari PR yang diberikan pada saat pertemuan sebelumnya. Karena tidak ada kesulitan saat mengerjakan PR, guru hanya mengulas kembali tentang sifat-sifat pejumlahan matriks.
Guru          : ”Matriks A + B = B + A namanya sifat apa ?”
Siswa         : ”Komutatif.”
Guru          : ”Kalau yang assosiatif ?”
Siswa         : ” .”

      Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan ini yaitu menyelesaikan perkalian matriks dengan skalar dan perkalian dua matriks.  Beberapa siswa masih terlihat malas, ada pula yang masih menyiapkan catatan.
b)      Kegiatan inti
Guru menyuruh siswa membuka materi perkalian matriks dengan skalar, kemudian menanyakan kepada siswa tentang, ”Apakah sudah mempelajari perkalian matriks dengan skalar?”. Sebagian siswa menjawab, ”Sudah”. Guru kemudian membimbing siswa untuk memahami cara menyelesaikan perkalian matriks dengan skalar. Berikut penjelasan guru tentang perkalian matriks dengan skalar.
Jika  maka
Kemudian guru memberikan contoh soal yang dikerjakan bersama-sama siswa dengan bimbingan guru. Guru menuliskan satu soal dan menyuruh siswa untuk mengerjakan di depan. Terlihat tidak ada siswa yang maju ke depan, akhirnya guru menunjuk salah satu siswa untuk mengerjakan soal.
                  Contoh soal:
                  Jika , tentukan:

1.      3 A dan -5 A?
2.       dan . Apakah ?
3.       dan . Apakah ?
4.       dan . Apakah ?
5.       dan . Apakah ?
Untuk soal a, siswa dibimbing oleh guru dalam mengerjakannya. Kemudian untuk soal b sampai e guru menunjuk 4 siswa untuk mengerjakannya di depan. Berikut ini adalah jawaban siswa.
a.        dan
     
b.    dan
     
      Jadi,
c.    dan
     
      Ya, .
d.    dan
     
      Ya,
e.    dan
     
      Ya, .

Setelah siswa mengerjakan soal, guru menanyakan,”Apakah ada jawaban lain?”. Ada siswa lain yang menjawab berbeda pada soal b dan guru menyuruh maju untuk mengerjakan di depan. Kemudian guru membahas soal bersama-sama siswa, jawaban siswa pertama salah dan jawaban siswa kedua yang benar.  Berikut jawaban soal b yang dikerjakan siswa lain.
Ya,

Guru melanjutkan  materi yaitu menjelaskan perkalian dua matriks. Guru menjelaskan dengan pelan karena perkalian dua matrik tergolong sulit. Setelah guru menjelaskan, terlihat ada siswa yang meminta guru untuk mengulang cara mengalikan dua matriks.
           Jika ,  dan , maka:
         a.            
 b.
                                                     

Sebagian siswa masih bingung cara mengalikan dua matriks dan bagian-bagian yang dikalikan. Peneliti dan satu pengamat yang lain berkeliling untuk membantu guru menjelaskan kepada siswa. Berikut salah satu percakapan siswa dengan peneliti.
Siswa               : “Mbak, ini yang dikalikan yang mana?”
Peneliti            :”Baris pertama pada matriks pertama dikalikan dengan kolom pertama pada matriks kedua”?
Siswa               :”Mbak,masih bingung”
(Peneliti menjelaskan satu persatu di kertas sampai akhirnya siswa memahaminya)

Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa guru membagikan lembar kuis 3 dan menyuruh siswa untuk menutup buku. Guru memberi tahu kuis 3 dikerjakan selama 10 menit. Siswa mengerjakan kuis dengan tenang, dan mengerjakan secara mandiri. Ada satu siswa yang mengerjakan dalam waktu 5 menit, hal tersebut tidak membuat siswa lain gaduh meskipun ada beberapa siswa yang terlihat bekerja sama dengan teman sebangku dalam menyelesaikan kuis. Kuis 3 dikerjakan dengan lancar oleh siswa, setelah 10 menit berlalu kuis 3 dikumpulkan.
Sebagian siswa masih belum yakin dengan jawabannya, kemudian untuk meyakinkan jawaban kuis 3, guru membahas soal kuis 3 bersama-sama siswa. Ada sebagian siswa yang bersorak karena jawabannya benar, tetapi ada juga siswa yang kecewa karena jawabannya kurang tepat. Setelah membahas kuis, guru menyuruh siswa membuka latihan soal dan menyuruh mengerjakan dengan berdiskusi bersama teman sebangku. Guru memberitahukan, bila ada yang kurang paham bisa ditanyakan kepada guru atau peneliti.
Siswa semakin asyik berdiskusi dan bertukar pikiran dengan teman yang lain meskipun suasana kelas menjadi kurang terkondisi. Ada beberapa siswa yang malas mengerjakan latihan soal dan sibuk mengobrol sendiri. Guru dan peneliti mengontrol kelas dengan berkeliling agar siswa kembali konsentrasi dengan latihan soal. Masih banyak siswa yang kurang yakin terhadap jawabannya, dan menanyakan kepada peneliti maupun guru. Berikut ini pembahasan kuis 3.
Setelah 10 menit berlalu, guru menyuruh siswa untuk mengerjakan soal di depan. Siswa semakin aktif dengan kesadarannya untuk maju mengerjakan soal di depan, meskipun jawabannya belum benar. Kemudian setelah dua siswa mengerjakan soal nomor 1, guru membahas jawabannya bersama-sama siswa. Waktu menunjukkan kurang 5 menit, soal nomor 2 bagian h sudah diselesaikan.
c)      Kegiatan Akhir
      Sebelum pembelajaran diakhiri, guru bersama-sama siswa menyimpulkan bahwa perkalian dua matriks tidak bersifat komutatif. Tepat bel berakhirnya pembelajaran, guru megumumkan bahwa pertemuan berikutnya akan diadakan ulangan harian Matriks I, materinya macam-macam matriks, kesamaan matriks dan operasi matriks.
b.      Hasil Observasi, Kuis dan Angket
1)      Hasil Observasi
Peneliti dan rekan peneliti mengamati proses pembelajaran matematika di kelas menggunakan lembar observasi yang telah disusun dengan aspek-aspek yang berhubungan dengan aktivitas siswa dan pemberian kuis pada saat pembelajaran menggunakan metode ekspositori untuk meningkatkan motivasi belajar matematika siswa.
Berdasarkan pengamatan pada pertemuan pertama, siswa masih belum terbiasa dengan pemberian kuis tetapi sudah menunjukkan rasa senang dengan adanya kuis, meskipun ada beberapa siswa yang bekerja sama dalam mengerjakan soal kuis. Pada saat pembelajaran berlangsung masih ada sebagian siswa yang terlihat berbicara sendiri dengan temannya.
Pengamatan pada pertemuan kedua, selama pembelajaran berlangsung terlihat bahwa siswa lebih antusias berdiskusi dengan teman sebangku saat mengerjakan latihan soal, meskipun ada beberapa yang terlihat malas mengerjakan. Siswa sudah mulai berani mengerjakan soal di depan meskipun tidak ditunjuk guru. Siswa juga sudah mulai terbiasa dengan pemberian kuis.
Pengamatan (observasi) ini dilakukan untuk mengatahui peningkatan motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pemberian kuis. Selanjutnya, data yang menunjukkan jumlah keterlibatan siswa tersebut dihitung untuk setiap pertemuan dan dicari persentasenya.  Dibawah ini tabel analisis hasil observasi motivasi belajar siswa siklus I.
Tabel 5. hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I

Aspek yang Diamti
Siklus I
Kualifikasi
A
Guru membimbing siswa dalam proses belajar mengajar
87,5%
Tinggi
B
Guru memotivasi siswa dalam meningkatkan belajar matematika dengan pemberian kuis
75%
Tinggi
C
Sikap siswa saat pembelajaran
66,67%
Sedang
D
Sikap siswa saat diberikan kuis
66,67%
Sedang
E
Bentuk motivasi yang diberikan guru
60%
Sedang

2)      Hasil Kuis
Kuis diberikan pada setiap pertemuan, pada siklus I diberikan 3 soal  kuis ( 2 kuis pada pertemuam I dan 1 kuis pada pertemuan II). Pada saat mengerjakan kuis 1, siswa dapat mengerjakan kuis dengan lancar hal ini terlihat dari nilai kuis siswa yaitu 25 siswa dari 37 siswa menjawab kuis dengan benar dan soal kuis tergolong masih mudah. Pada kuis 2 mengalami penurunan rata-rata nilai kuis karena soal kuis lebih sulit. Pada kuis 3 mengalami peningkatan kembali karena siswa sudah mulai terbiasa dengan pemberian kuis. Berikut adalah tabel rata-rata nilai kuis pada siklus I.

Tabel 6. Rata-rata Nilai Kuis Siklus I

Kuis 1
Kuis 2
Kuis 3
Rata-rata
89,9
71,1
77,8
Rata-rata siklus I
79,6

3)      Hasil Angket
Angket diberikan pada akhir siklus I, yaitu pada pertemuan kedua. Berdasarkan angket dari 37 siswa menunjukkan motivasi belajar matematika siswa belum mencapai indicator keberhasilan. Dibawah ini tabel analisis hasil angket motivasi belajar siswa siklus I.
Tabel  7. Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus II

Indikator
Siklus I
Kualifikasi
A
Motivasi mengerjakan kuis matematika
66,39%

Sedang
B
Ketekunan dalam mengerjakan dan menyelesaiakan kuis matematika
67,68%

Tinggi
C
Usaha untuk meningkatkan prestasi belajar
54,19%

Sedang
D
Besarnya perhatian terhadap kuis matematika
65,71%

Sedang

Rata-rata persentase motivasi belajar siswa sebesar 63,49% dalam katergori sedang. Dari hasil angket motivasi belajar siswa belum sesuai harapan. Karena pada aspek motivasi mengerjakan kuis matematika, usaha untuk meningkatkan prestasi belajar dan besarnya perhatian terhadap kuis matematika masih pada kategori sedang.
c.       Refleksi
Pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan pada siklus I ternyata masih mengalami kekurangan dan hambatan yang mengakibatkan upaya meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas XI SMK Negeri 7 Yogyakarta melalui pemberian kurang optimal. Oleh karena itu, diperlukan refleksi atau kajian kembali terhadap hasil pengamatan yang diperoleh. Refleksi kemudian dilaksanakan oleh penelitidan guru.
Permasalahan- permasalahan yang muncul selama pembelajaran berlangsung pada siklus I adalah sebagai berikut.
a.       Beberapa siswa kurang aktif apabila guru menyuruh menyelesaikan soal di depan. Siswa yang maju didominasi oleh siswa yang pandai dalam menyelesaikan masalah.
b.      Kurangnya latihan soal, karena waktu terpotong untuk kuis dan menjelaskan materi pelajaran.
c.       Kuis dikerjakan kurang optimal karena guru tidak memberitahukan kepada siswa pada pertemuan sebelumnya bahwa akan diberikan kuis pada setiap pertemuan materi matriks sehingga masih ada siswa yang bekerja sama saat menyelesaikan soal kuis.
d.      Siswa belum memahami penjelasan guru, sehingga guru dan peneliti harus  berkeliling untuk mengetahui pemahaman siswa.
e.       Ketika mengerjakan latihan soal, masih ada siswa yang berbicara sendiri dengan temannya.
      Dari akhir siklus I ini, dapat dikatakan bahwa motivasi belajar matematika siswa selama proses pembelajaran  masih kurang optimal. Hal ini dikarenakan pada pertemuan sebelumnya guru tidak memberitahukan kepada siswa bahwa akan diberikian kuis matematika pada setiap pertemuan. Nilai dari soal kuis juga menurun dari kuis 1 ke kuis 2 dan kuis 3, hal ini juga menunjukkan motivasi belajar siswa kurang optimal.
2.      Kegiatan pada Siklus II
Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II hampir sama dengan kegiatan pada siklus I, akan tetapi telah dilakukan beberapa perbaikan tindakan  yang didasarkan pada hasil refleksi siklus I. Revisi tindakan tersebut antara lain sebagai berikut.
1)      Guru memberikan nilai plus (tambahan) untuk siswa yang dapat mengerjakan soal di depan dengan benar.
2)      Latihan soal yang dibahas merupakan latihan soal yang tidak dapat dikerjakan oleh siswa dan latihan  soal ditambah dengan memberikan pekerjaan rumah.
3)      Guru memberitahukan untuk mengulang materi sebelumnya dan mempelajari materi berikutnya, karena setiap pertemuan akan diberikan kuis.
4)      Setelah guru memberikan contoh soal, guru menyuruh salah satu siswa untuk mengerjakan satu soal. Untuk mengecek pemahaman siswa setelah diberikan contoh soal langsung diberikan kuis.
5)      Guru berkeliling untuk mengontrol keadaan kelas agar siswa berkonsentrasi dalam mengerjakan latihan soal.
Sebelum melakukan kegiatan pada siklus II, peneliti melakukan tahap perencanaan. Pada siklus II, peneliti menyusun RPP yang tercantum pada Lampiran 13 dan Lampiran 19. Kuis 4, kuis 5, kuis 6, kuis 7  yang berturut-turut yang tercantum pada Lampiran 15 dan Lampiran 22. Latihan soal tercantum pada Lampiran 15 dan 21 dan  tes matriks 2 tercantum pada Lampiran 28. Peneliti juga menyusun instrumen penelitian lainnya seperti pedoman observasi, angket, dan pedoman wawancara yang sama dengan siklus I.
Hasil penelitian tindakan kelas pada penelitian ini, sebagai berikut.
a.      Pelaksanaan Pembelajaran
1)      Pertemuan pertama
Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin 14 April 2008 pukul 07.45 WIB sampai dengan pukul 09.15 WIB. Tujuan pembelajaran pada pertemuan 1 ini adalah menghitung determinan dan mencari operasi invers suatu matriks. Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan 1 adalah sebagai berikut.
a)      Kegiatan Awal
Kegiatan belajar mengajar diawali dengan membaca doa bersama-sama dipimpin oleh Guru matematika tepat pukul 07.45 WIB. Guru membahas sekilas mengenai perkalian matriks. Siswa disuruh mengerjakan soal perkalian dua matriks.
Guru          : ”Masih ingat penyelesaian dari ?”. (Guru
                      sambil menuliskan soal di papan tulis)
Guru          : ”Yang bisa mengerjakan dapat nilai tambahan.” (Guru
                      berbicara lagi untuk memotivasi siswa)
Siswa         : ”Saya bu.”
Guru          : ”Ya.”
Salah satu siswa tersebut menuliskan jawaban di papan tulis.
Siswa 1      : ” .”
Guru          : ”Benar seperti ini?”
Siswa         : ”Benar.”
Guru          : ”Siap melanjutkan ke materi berikutnya.”
Siswa         : ”Ya, bu.”

Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan 1 yaitu menghitung determinan dan mencari operasi invers suatu matriks. Untuk motivasi siswa agar lebih memperhatikan saat proses pembelajaran, guru mengingatkan lagi kalau nanti akan diberikan kuis lagi.
b)      Kegiatan Inti
Guru menyuruh siswa membuka materi determinan dan invers matriks, kemudian membimbing siswa dalam menentukan determinan matriks ordo  dan ordo . Kemudian guru memberikan contoh soal yang dikerjakan bersama-sama siswa dengan bimbingan guru. Hampir semua siswa menjawab contoh soal. Berikut contoh soalnya.
, tentukan determinannya?

Guru          : “Sudah paham, ada pertenyaan atau tidak?”
Siswa         : “Sudah.”
Guru          : “Selanjutnya mencari determinan matriks ordo .”
, tentukan determinannya?
                -     -     -        +  +   +
           

Pada saat pembelajaran berlansung siswa terlihat semakin memperhatikan pelajaran. Karena tidak ada pertanyaan dari siswa, guru memberikan satu soal tentang menentukan determinan matriks ordo , kemudian guru menunjuk salah satu siswa untuk maju ke depan. Sementara itu, siswa yang lain berdiskusi dengan teman sebangku untuk menyelesaikan soal. Berikut soal yang dikerjakan di depan oleh salah satu siswa.
, tentukan determinan matriks B?
Jawaban siswa:
   
Guru          : “Sudah benar?”
Siswa         : “Itu harusnya .”
Guru          : “Benar, harusnya . Sekarang kita bahas bareng-
                      bareng.”

Kemudian guru membahas soal bersama siswa dan menjawab pertanyaan salah satu siswa tadi. Sambil membahas soal guru menyelipkan pertanyaan, “Mana elemen kolom pertama dan mana elemen baris ketiga?”. Siswa pun menjawab, “1,3,2 dan 2,-2,3.”.
        
Guru meminta kepada peneliti untuk membagikan soal kuis 4, siswa senang menerima kuis tersebut. Kuis dikerjakan selama 5 menit dan siswa mengerjakan kuis dengan tenang sampai waktu habis meskipun masih ada 10 siswa yang bekerja sama. Kuis 4 tidak dibahas karena siswa bisa mengerjakan kuis dengan baik.
Guru melanjutkan materi yaitu mencari invers suatu matriks. Sebelum menentukan invers suatu matriks, terlebih dahulu mempelajari tentang minor, kofaktor dan adjoin. Guru memberikan contoh soal mencari kofaktor, kemudian menunjuk siswa untuk mengerjakan di depan untuk mentranspos matriks kofaktor untuk menentukan adjoin dan membahas bersama siswa. Guru menanyakan, “Apakah ada pertanyaan?”. Secara bersamaan siswa menjawab, “Belum”. Berikut ini contoh soal yang diberikan guru (contoh soal sama dengan contoh soal mencari determinan).
                  Guru          : ”, tentukan matriks kofaktor B?”
                     
                    
                     
                 
                 
                  Guru          : “Matriks Kofaktor . Adjoin B
                                        merupakan transpose dari matriks kofaktor B. Siapa yang
                                        bisa mentransposekan?. Yang bisa mengerjakan dengan
                                        benar mendapat nilai tambahan.”
                  Siswa         : “
                  Guru          :”Ya, benar sekali.”
                       
Guru membimbing siswa dalam mencari invers ordo  dan ordo . Guru menunjukkan rumus mencari invers suatu matriks. Rumus mencari invers suatu matriks sebagai berikut.
                               
Kemudian memberi contoh soal yang sama dengan mencari adjoin. Kemudian guru menyuruh siswa untuk mengerjakan contoh soal di depan dengan bimbingan guru.
Guru          : ”Ada yang bisa menentukan invers matriks B tadi,
    menggunakan rumus tersebut?”
Siswa         : ”Salah tidak apa-apa bu?”
Guru          : ”Tidak apa-apa. Coba kamu Hartini!”
Siswa         : ”Tidak bu.”
Guru          : ”Dicoba dulu!”
Siswa         : ”
                                                  
Guru          : ”Kita bahas bareng-bareng ya.”

 Setelah tidak ada pertanyaan, guru meminta peneliti untuk membagikan kuis 5 untuk lebih memantapkan pemahaman siswa. Siswa menjadi gaduh karena siswa berpendapat mencari invers itu sulit. Setelah suasana tenang, siswa dipersilahkan untuk mengerjakan kuis. Kuis 5 dikerjakan selama 15 menit karena masih banyak siswa yang kesulitan dalam mengerjakan kuis, tetapi ada satu siswa yang mengerjakan kuis 5 ini selama 10 menit. Setelah 15 menit kuis 5 dikumpulkan dan dibahas bersama siswa.
Guru menyuruh siswa membuka lembar kerja siswa (laithan soal) dan menyuruh mengerjakan latihan soal. Sebagian siswa berdiskusi dengan sebangku, sebagian mengerjakan latihan soal dengan mandiri. Guru dan peneliti berkeliling untuk mengontrol pekerjaan siswa. Ada siswa yang masih bingung dalam mengalikan bilangan positif dengan negatif atau negatif dengan negatif. Pada lembar kerja siswa yang berupa latihan soal hanya terdapat 2 soal sehingga latihan soal dapat dibahas semua.
c)      Kegiatan Akhir
Seperti pada siklus I, pada akhir pembelajaran guru bersama siswa mengambil kesimpulan tentang pembelajaran hari ini yaitu tentang rumus mencari invers suatu matriks dan  guru memberikan pekerjaan rumah (PR) untuk siswa yang ada dalam buku Yudistira halaman 40. PR akan dibahas pada pertemuan berikutnya.  Guru juga mengingatkan siswa untuk mempelajari materi berikutnya karena pada pertemuan berikutnya juga akan ada kuis lagi.
2)      Pertemuan 2
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu 16 April 2008 pukul 08.30 WIB sampai dengan 10.15 WIB. Tujuan pembelajaran pada pertemuan ini yaitu menyelesaikan sistem persamaan linear dengan menggunakan metode matriks. Berikut adalah penjelasan dari langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan 2.        
a)      Kegiatan Awal
      Pembelajaran diawali dengan mengulang kembali tentang cara dan rumus mencari invers. Guru menanyakan kepada siswa tentang kesulitan dari PR yang diberikan pada saat pertemuan sebelumnya. Kemudian guru bersama siswa membahas satu soal dari PR.  Beberapa siswa masih terlihat malas, ada pula yang masih menyiapkan catatan. Untuk memberikan semangat dan motivasi belajar, guru memberikan kuis 6 tentang materi sebelumnya yaitu mencari invers matriks ordo . Ketika peneliti membagikan kuis 6 dan memberitahukan kuis 6 dikerjakan selama 10 menit. Beberapa siswa berkomentar bahwa waktu untuk mengerjakan kuis 6 kurang. Saat mengerjakan kuis 6 masih terlihat ada siswa yang bekerja sama dengan teman sebangku. Kuis 6 dikerjakan tepat waktu yaitu 10 menit tetapi ada tiga siswa yang dapat menyelesaikan kuis 6 dalam waktu 5 menit.
      Setelah diberikan kuis 6, guru mengulang kembali tentang perkalian dua matriks yaitu bila suatu matriks dikuadratkan. Karena pada tes prestasi 1, sebagian siswa menjawab salah. Guru memberikan contoh soal, kemudian guru menyuruh salah satu siswa untuk maju ke depan megerjakan contoh soal. Kemudian contoh soal dibahas bersama siswa, dan siswa mengerjakan contoh soal terntang matriks yang dikuadratkan dengan benar. Berikut contoh soal yang diberikan guru:
Guru          : ”Diketahui , tentukan ?
Siswa         : ”.”
Guru          : ”Jawaban seperti itu kurang tepat. Yang benar seperti ini.
                            

b)      Kegiatan inti
      Guru melanjutkan membimbing siswa dalam menyelesaikan sistem persamaan linear dengan menggunakan metode matriks. Sebelum memberi contoh soal, guru membimbing siswa dalam menyelesaikan persamaan berikut.
                                         
                              
                                    
                                      
Sebelum memberikan contoh soal ada siswa yang bertanya, ”Kenapa harus dikalikan , kemudian guru menjelaskan kembali pertanyaan siswa. Setelah tidak ada peetanyaan, guru memberikan contoh soal dan menjelaskan kepada siswa.
Diketahui pada sistem persamaan , carilah nilai x dan y dengan menggunakan metode matriks!
                  Jawab:
                
                  Invers dari matriks  adalah
                                                                                                         
                 
                                 
                                            
                  Jadi, harga x = -1 dan y = 2.

Untuk mengetahui pemahaman siswa, guru memberikan kuis 7 yang dibagikan oleh peneliti. Siswa senang menerima kuis karena mereka bisa mengerjakan kuis tepat waktu yaitu 10 menit. Kemudian kuis dibahas bersama siswa untuk meyakinkan jawaban siswa.
Guru menyuruh siswa membuka laithan soal dan menyuruh mengerjkan latihan soal. Sebagian siswa berdiskusi dengan sebangku, sebagian mengerjakan latihan soal dengan mandiri. Guru dan peneliti berkeliling untuk mengontrol pekerjaan siswa. Ada tiga siswa yang belum paham cara mengubah soal cerita ke persamaan linear dua varibel. Siswa merasa kesulitan mengerjakan soal 2b. Pertama, guru menawarkan kepada siswa untuk mengerjakan di depan, tetapi tidak ada siswa yang bisa mengerjakan kemudian guru membahas latihan soal tersebut bersama siswa.
c)      Kegiatan Akhir
      Sebelum pembelajaran diakhiri, guru menanyakan, ”Apakah ada pertanyaan?”. Karena tidak ada pertanyaan, pada akhir pembelajaran guru megumumkan bahwa pertemuan berikutnya akan diadakan ulangan harian Matriks II, materinya adalah semua materi matriks dari awal sampai akhir.
b.      Hasil Observasi, Kuis, Angket dan Wawancara
1)      Hasil Observasi
Peneliti dan observer lain mengamati proses pembelajaran matematika di kelas menggunakan lembar observasi yang telah disusun dengan memuat aspek-aspek yang berhubungan dengan metode pembelajaran eskpositori dengan pemberian kuis untuk meningkatkan motivasi belajar matematika siswa.
Pada siklus II, pengamatan pada pertemuan pertama siswa sudah semakin terbiasa dengan pemberian kuis dan minat yang lebih terhadap pemberian kuis. Selama pembelajaran berlangsung siswa terlihat semakin lebih antusias berdiskusi dengan teman sebangku saat mengerjakan latihan soal, meskipun ada beberapa yang masih terlihat malas mengerjakan latihan soal. Siswa juga sudah siap apabila diberikan kuis oleh guru. Apabila ada materi yang kurang jelas, siswa lebih berani untuk menanyakan kepada guru.
Pada pertemuan kedua, siswa sudah berani untuk mengerjakan latihan soal di depan kelas tanpa ditunjuk oleh guru. Pada saat mengerjakan kuis, hanya 2 orang saja yang terlihat bekerja sama. Selama pembelajaran berlangsung pun siswa terlihat semakin lebih antusias berdiskusi dengan teman sebangku saat mengerjakan latihan soal.
   Secara umum, motivasi belajar matematika siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II .  Dengan demikian, berdasarkan hasil observasi motivasi belajar siswa sudah mengalami peningkatan setelah diberikan kuis matematika. Di bawah ini tabel analisis hasil observasi motivasi belajar siswa siklus II.


Tabel 8. hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus II

Aspek yang Diamti
Siklus II
Kualifikasi
A
Guru membimbing siswa dalam proses belajar mengajar
93,75%
Tinggi
B
Guru memotivasi siswa dalam meningkatkan belajar matematika dengan pemberian kuis
87,5%
Tinggi
C
Sikap siswa saat pembelajaran
83,33%
Tinggi
D
Sikap siswa saat diberikan kuis
83,33%
Tinggi
E
Bentuk motivasi yang diberikan guru
90%
Tinggi

2)      Hasil Kuis
Pada siklus II diberikan 4 soal kuis (2 kuis pada pertemuam III dan 2 kuis pada pertemuan IV). Rata-rata nilai mengalami penurunan dari rata-rata nilai kuis 4 ke kuis 5, hal ini disebabkan soal kuis pada sub materi invers lebih sulit dan langkah-langkahnya terlalu panjang serta waktu yang diberikan untuk mengerjakan kuis kurang. Rata-rata nilai kuis pada siklus II yaitu 82,5 mengalami peningkatan dari nilai rata-rata nilai kuis pada siklus I yaitu 79,6  karena siswa merasa lebih siap dan lebih memahami materi sehingga nilai kuis siswa lebih baik. Berikut adalah tabel rata-rata nialai kuis siklus II.
Tabel 9. Rata-rata Nilai Kuis Siklus II

Kuis 4
Kuis 5
Kuis 6
Kuis 7
Rata-rata
78,1
74,3
82,1
95,4
Rata-rata siklus II
82,5

Rata-rata nilai kuis yang diperoleh mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sehingga menunjukkan peningkatan prestasi belajar siswa.

3)   Hasil Angket
Angket diberikan pada akhir akhir siklus II. Hasil angket dari 37 siswa, menunjukkan adanya respons yang baik terhadap pemberian kuis. Di bawah ini tabel analisis hasil angket motivasi belajar siswa siklus II.
Tabel  10. Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus II

Indikator
Siklus II
Kualifikasi
A
Motivasi mengerjakan kuis matematika
70,54%

Tinggi
B
Ketekunan dalam mengerjakan dan menyelesaiakan kuis matematika
70,70%

Tinggi
C
Usaha untuk meningkatkan prestasi belajar
66,89%

Tinggi
D
Besarnya perhatian terhadap kuis matematika
70,19%

Tinggi
Rata-rata persentase motivasi belajar siswa sebesar 69,58% dalam katergori tinggi. Dari hasil angket motivasi belajar siswa pada sikulus I belum sesuai harapan. Karena pada aspek usaha untuk meningkatkan prestasi belajar masih pada kategori sedang. Akan tetapi pada angket siklus II ini, semua indikator telah masuk dalam kualifikasi tinggi.   
4)   Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara, siswa tertarik dengan pembelajaran menggukan metode ekspositori dengan pemberian kuis pada materi matriks. Siswa merasa semakin bersemangat dalam belajar matematika karena mereka merasa tertantang dengan latihan soal dan soal kuis yang diberikan. Bagi siswa, pembelajaran dengan pemberian kuis dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang materi matriks karena soal kuis menantang siswa untuk mengerjakan kuis dengan tidak membuka buku dan dikerjakan secara mandiri.
Beberapa siswa kurang menyukai pelajaran matematika karena mereka menganggap matematika itu sulit dan tidak menyenangkan. Sedangkan sebagian siswa berpendapat bahwa matematika menyenangkan karena soal latihannya membuat penasaran dalam mencari penyelesaiannya. Pada pembelajaran matematika materi matriks, siswa lebih memperhatikan dan keinginan untuk mempelajari matematika menjadi lebih tinggi.  Hal ini dikarenakan dorongan dan motivasi yang diberikan guru membuat siswa menjadi lebih senang dan tertarik terhadap matematika, sehingga mendorong mereka untuk belajar matematika. Selain itu, siswa lebih nyaman dan senang karena guru memberikan kesempatan berdiskusi dengan teman sebangku saat mengerjakan latihan soal dan guru juga memberikan kesempatan untuk bertanya apabila siswa tidak dapat mengerjakan soal kuis. Guru lebih bersikap ramah dan bersahabat sehingga siswa tidak takut untuk bertanya atau mengerjakan soal di depan kelas.
      Pembelajaran matematika  menggunakan metode ekspositori dengan pemberian kuis matematika, motivasi belajar siswa menjadi lebih meningkat. Pada akhir pembelajaran siswa semakin menyenangi dan berminat terhadap kuis matematika, meskipun pada awalnya siswa merasa kurang menyukai kuis karena pada saat mengerjakan kuis tidak boleh membuka buku.
c.   Refleksi
      Hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti bersama guru pada akhir siklus II menunjukkan bahwa secara umum pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II telah berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Motivasi belajar matematika siswa dalam pembelajaran siklus II mengalami peningkatan. Adapun beberapa permasalahan yang timbul selama proses pembelajaran berlangsung beserta langkah perbaikan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil refleksi siklus I adalah sebagai berikut.
1.      Dengan pemberian kuis, motivasi belajar siswa meningkatkan dan membantu guru untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.
2.      Nilai tambahan yang diberikan oleh guru meningkatkan motivasi siswa untuk mengerjakan latihan soal dan mengerjakan soal di depan dengan benar.
3.      Dengan dibahasnya latihan soal yang tidak dapat dikerjakan oleh siswa dan ditambahnya pemberian pekerjaan rumah, semakin menambah motivasi belajar siswa karena banyak latihan soal.
4.      Guru memberitahukan kepada siswa untuk mengulang materi sebelumnya dan mempelejari materi berikutnya, karena setiap pertemuan akan diberikan kuis untuk meningkatkan motivasi belajar matematika.
5.      Siswa lebih berkonsentrasi mengerjakan latihan soal dan kuis karena dipantau oleh peneliti dan guru.
Pada pelaksanaannya, tindakan yang dilakukan pada siklus II juga masih mengalami hambatan. Hambatan tersebut diantaranya adalah masih ada siswa yang bekerja sama atau membuka buku dalam menyelesaikan kuis matematika. Siswa merasa kesulitan dalam menentukan langkah-langkah mencari invers matriks ordo  bila tanpa bimbingan dari guru. Hal ini dikarenakan kurangnya waktu untuk membahas semua soal.
      Setelah tindakan dilakukan pada siklus II berakhir, peneliti bersama dengan guru melakukan refleksi terhadap data yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan. Refleksi yang dilakukan sekaligus merupakan kegiatan akhir dari rangkaian tindakan yang telah dilakukan.
      Berdasarkan pengamatan, baik dilihat dari perilaku dan keterampilan siswa yang ditunjukkan di kelas, pemberian kuis pada pembelajaran matematika materi menghitung determinan, mencari operasi invers suatu matriks dan menyelesaikan sistem persamaan linear dengan menggunakan metode matriks dapat meningkatkan keinginan siswa untuk belajar matematika. Hal ini disebabkan kesadaran siswa akan manfaat mempelajari matematika menjadi lebih tinggi. Siswa termotivasi mengerjakan soal kuis karena bila jawabannya benar akan mendukung penilaian akhir. Jadi, pemberian kuis dapat meningkatkan motivasi belajar matematka siswa kelas XI Penjualan SMK Negeri 7 Yogyakarta.
3.   Hasil Tes Prestasi
            Pada akhir siklus I diadakan tes, begitu pula pada akhir silkus II. Berdasarkan nilai yang didapat siswa, rata-rata tes pada akhir siklus I  adalah 55,7 dan meningkat menjadi 66,89 pada akhir siklus II. Pada akhir siklus I siswa yang mencapai nilai di atas rata-rata adalah 14 siswa, sedangkan pada siklus II terdapat 27 siswa yang siswa yang mencapai nilai di atas rata-rata sehingga 72,97% siswa telah mencapai ketuntasan belajar individu. Berikut grafik nilai hasil belajar matematika siswa.
    
      Gambar 2. Grafik Nilai Hasil Belajar Matematika Siswa

C.    Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan pembelajaran ekspositori dengan pemberian kuis materi matriks pada siswa kelas XI Penjualan dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa. Metode pembelajaran ekspositori dengan pemberian kuis dapat juga meningkatkan minat, perhatian, rasa senang siswa, keinginan untuk mempelajari matematika. Pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan metode ekspositori dengan pemberian kuis di SMK Negeri 7 Yogyakarata kelas XI Penjualan yang dapat meningkatkan motivasi belajar matematika sebagai berikut.
1.      Guru menggunakan metode pembelajaran Ekspositori
Guru membimbing siswa dalam memahami materi dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Dengan metode ekspositori ini siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran dan siswa menjadi lebih berani dalam menyampaikan pertanyaan dan pendapat yang menumbuhkan rasa percaya diri. Hal ini disebabkan pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru, siswa sudah diberi kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan dan pendapat. Menurut Constance Frith dalam Motivation to Learn, dengan memberikan peluang atau kesempatan kepada siswa, maka siswa akan memeproleh kepercayaan diri mereka (http://www.usask.ca/education/coursework/802papers/ Frith/Motivation.HTM).
2.      Guru memberikan contoh soal yang relevan dalam kehidupan sehari-hari
 Dengan contoh soal yang relevan dalam kehidupan sehari-hari akan memudahkan siswa memahami materi yang diajarkan. Erman Suherman (2003:151) berpenadapat bahwa implementasi pembelajaran matematika berdasarkan realistik sekurang-kurangnya telah mengubah sikap siswa menjadi lebih tertarik terhadap matematika.
3.      Guru memberikan latihan soal kepada siswa yang dikerjakan dengan berdiskusi
Dalam diskusi siswa dapat berlatih kerja sama dan tanggung jawab dalam kelompoknya. Dengan demikian siswa dapat menemukan sendiri jawaban soal dan tidak tergantung pada guru serta siswa dapat menanggapi pendapat orang lain. Menurut Herman Hudojo (2001: 113) dengan berdiskusi siswa terlibat aktif dalam proses belajarnya dan berkesempatan berlatih berani mengemukakan pendapat di depan umum secara sistematik serta dapat menanggapi pendapat orang lain.
4.      Pemberian kuis yang dikerjakan oleh siswa secara mandiri dan close book
Dalam mengerjakan kuis, siswa tidak  boleh membuka buku dan bekerja sama karena kuis digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah atau baru diajarkan. Selain itu, kuis dapat merangsang siswa agar lebih termotivasi dalam belajar. Menurut Suryawahyuni Latief, teknik motivasi yang dapat dilakukan guru salah satunya dengan memberikan tugas dalam setiap kegiatan yang dilakukan, di mana siswa dalam melakukan tugasnya tidak bekerjasama dengan siswa yang lainnya.  Dengan demikian siswa akan dapat membandingkan hasil pekerjaan yang dilakukannya dengan hasil siswa lainnya  (http://202.152.33.84/index.php?option=comcontent&task=view&id=13377 &Itemid=46).
5.      Kuis yang diberikan berupa pertanyaan singkat yang terdiri dari satu soal yang dikerjakan selama 5 – 10 menit. Tingkat kesulitan soal kuis ditingkatkan dari pertemuan 1 ke pertemuan berikutnya dengan tujuan untuk bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan (http://www.google.co.id/search?hl=en&cr=countryID&q=modelmodel+pembelajaran&start=10&sa=N). Pada saat diberikan kuis 6 (materi invers matriks), sebagian siswa tidak dapat mengerjakan kuis 6 secara keseluruhan karena waktu yang diberika kurang dan invers termasuk sub pokok bahasan yang sulit. Sehingga, semakin tinggi tingkat kesulitan suatu soal, memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengerjakannya.
Berdasarkan hasil penelitian, motivasi belajar matematika siswa mengalami peningkatan yang cukup baik. Hasil observasi yang dilakukan dengan menggunakan aspek-aspek yang diteliti yang berhubungan dengan aktivitas dan motivasi belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini terlihat hasil observasi motivasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II pada setiap aspek-aspeknya. Guru membimbing siswa dalam proses belajar mengajar mengalami peningkatan persentase dari 87,5% pada siklus I menjadi 93,75% pada siklus II. Guru memotivasi siswa dalam meningkatkan belajar matematika dengan pemberian kuis meningkat dari 75% menjadi 87,5%. Sikap siswa saat pembelajaran mengalami peningkatan persentase dari siklus I 66,67% menjadi 83,33% pada siklus II. Sikap siswa saat diberikan kuis mengalami peningkatan persentase dari siklus I 66,67% menjadi 83,33% pada siklus II. Bentuk motivasi yang diberikan guru meningkat dari 60% menjadi 90%. Berikut grafik perkembangan aktivitas dan motivasi belajar matematika berdasarkan hasil observasi.
 Gambar 3. Grafik Hasil Observasi Motivasi Belajar Matematika Siswa

Keterangan :
  1. Guru membimbing siswa dalam proses belajar mengajar
  2. Guru memotivasi siswa dalam meningkatkan belajar matematika dengan pemberian kuis
  3. Sikap siswa saat pembelajaran
  4. Sikap siswa saat diberikan kuis
  5. Bentuk motivasi yang diberikan guru

Berdasarkan hasil angket motivasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II pada setiap indikator-indikatornya dan hasil nilai rata-rata kuis. Motivasi mengerjakan kuis matematika mengalami peningkatan dengan persentase 66,39% menjadi 70,54%. Ketekunan siswa dalam mengerjakan dan menyelesaiakan kuis matematika meningkat dari 67,68% menjadi 70,7%. Persentase usaha siswa untuk meningkatkan prestasi belajar dari 54,19% meningkat menjadi 66,89%. Dan besarnya perhatian siswa terhadap kuis matematika juga meningkat dengan persentase 65,71% menjadi 70,19%. Berikut grafik hasil angket motivasi belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.
    
Gambar 4. Grafik Perkembangan Motivasi Belajar Matematika Siswa

Keterangan:
A.    Motivasi mengerjakan kuis matematika
B.     Ketekunan dalam mengerjakan dan menyelesaiakan kuis matematika
C.     Usaha untuk meningkatkan prestasi belajar
D.    Besarnya perhatian terhadap kuis matematika


Peningkatan motivasi belajar matematika siswa terlihat dari sikap siswa yang memperhatikan guru yang sedang menjelaskan, menjawab pertanyaan dari guru, rasa senang, keinginan yang besar dan ketekunan untuk menyelesaikan kuis dan soal matematika. Hasil pengamatan yang didukung oleh hasil angket dan wawancara yang menunjukkan bahwa siswa senang dan berminat apabila diberikan kuis pada saat pembelajaran sehingga memotivasi siswa dalam belajar matematika. Suryawahyuni Latief mengungkapkan peran motivasi yaitu menentukan ketekunan dalam belajar . Seseorang yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajari sesuatu dengan baik dan tekun, dan berharap memperoleh hasil yang baik. (http://202.152.33.84/index.php?option=comcontent&task=view&id=13377 &Itemid=46).
Pada pertemuan I siklus I, siswa masih kurang berminat terhadap kuis, hal ini disebabkan siswa belum ada persiapan dalam mengerjakan kuis. Pada pertemuan berikutnya siswa sudah mulai tertantang untuk menyelesaikan soal kuis yang diberikan selama pembelajaran. Keinginan siswa yang besar untuk mempelajari matematika membuat semangat belajar siswa menjadi tinggi, sehingga meningkatkan motivasi untuk belajar matematika.
Rata-rata nilai kuis meningkat dari siklus I ke siklus II, yaitu 79,6 meningkat menjadi 82,5. Setelah siswa-siswa  menyelesaikan permasalahan, kemudian diadakan pembahasan secara bersama-sama. Soal yang dibahas merupakan soal yang tidak dapat dikerjakan oleh siswa atau soal yang dirasa sulit oleh siswa. Guru selalu menyuruh siswa ke depan kelas untuk mengerjakan soal kemudian dibahas secara bersama-sama. Langkah akhir dari pembelajaran ini yaitu membuat kesimpulan dari materi yang telah diberikan dengan bimbingan guru.
Pada akhir siklus I diadakan tes, begitu pula pada akhir silkus II. Berdasarkan nilai yang didapat siswa, rata-rata tes pada akhir siklus I  adalah 55,7 dan meningkat menjadi 66,89 pada akhir siklus II. Pada akhir siklus I siswa yang mencapai nilai di atas rata-rata adalah 14 siswa, sedangkan pada siklus II terdapat 27 siswa yang siswa yang mencapai nilai di atas rata-rata sehingga 72,97% siswa telah mencapai ketuntasan belajar individu.
 Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode ekspositori dengan pemberian kuis terhadap materi matriks dapat meningkatkan motivasi belajar dan  hasil belajar matematika siswa.
C.    Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan di SMK Negeri 7 Yogyakarata ini memiliki keterbatasan-keterbatasan sebagai berikut.
  1. Materi yang dipelajari pada setiap siklus berbeda meskipun pada pokok bahasan yang sama yaitu materi matriks. Hal ini memungkinkan pemahaman siswa terhadap materi berbeda-beda, mungkin pada siklus I tingkat pemahaman siswa lebih tinggi daripada siklus II, atau sebaliknya.
  2. Latihan soal tidak dibahas semua karena keterbatasan waktu. Waktu juga terpotong untuk mengerjakan kuis.
  3. Pelaksanaan pembelajaran agak terganggu karena adanya waktu istirahat di sela-sela pembelajaran. Hal ini mengakibatkan konsentrasi siswa menurun dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membangkitkan konsentrasi mereka kembali terhadap pembelajaran.






BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan:
1.      Pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan metode ekspositori dengan pemberian kuis di SMK Negeri 7 Yogyakarata yang dapat meningkatkan motivasi belajar matematika sebagai berikut.
a.       Guru membimbing siswa dalam memahami materi dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
b.      Siswa mengerjakan laithan soal dengan berdiskusi.
c.       Pemberian kuis yang dikerjakan oleh siswa secara mandiri dan close book.
d.      Kuis yang diberikan berupa pertanyaan singkat yang terdiri dari satu soal yang dikerjakan selama 5 – 10 menit. Tingkat kesulitan soal kuis ditingkatkan dari pertemuan 1 ke pertemuan berikutnya.
e.       Soal kuis diambil dari materi yang sudah diajarkan atau materi yang baru saja dipelajari.
f.       Adanya pemberitahuan dari guru bahwa akan diberikan kuis pada setiap pertemuan, agar siswa lebih siap menghadapi soal kuis.
2.      Pada penelitian ini, hasil angket dan hasil nilai rata-rata tes evaluasi matriks dapat disimpulkan sebagai berikut.
a.       Berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa, motivasi belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari peningkatan persentase pada setiap indikator. Motivasi mengerjakan kuis matematika mengalami peningkatan dengan persentase 66,39% pada kategori sedang menjadi 70,54% pada kategori tinggi. Ketekunan siswa dalam mengerjakan dan menyelesaikan kuis matematika meningkat dari 67,68% pada kategori tinggi menjadi 70,7% kategori tinggi. Persentase usaha siswa untuk meningkatkan prestasi belajar dari 54,19% pada kategori kurang baik meningkat menjadi 66,89% pada kategori tinggi. Dan besarnya perhatian siswa terhadap kuis matematika juga meningkat dengan persentase 65,71% kategori sedang menjadi 70,19% kategori tinggi.
b.      Berdasarkan nilai rata-rata kelas tes prestasi matriks mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu dari 55,7 menjadi 66,89 dan 72,97% siswa telah mencapai ketuntasan belajar individu pada siklus II.
B.     Saran
Berdasarkan penelitian ini, ada beberapa saran yang perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran matematika dengan pemberian kuis, yaitu:
1.      Bagi Guru
a.       Pemberian kuis hendaknya diberikan pada setiap pertemuan agar siswa termotivasi untuk belajar terlebih dahulu sebelum menerima pelajaran.
b.      Guru dapat memberikan kuis pada setiap pertemuan sehingga guru mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi yang diberikan.
c.       Memberikan persoalan yang menarik pada soal kuis, sehingga siswa merasa senang dan ingin menyelesaikan kuis yang diberikan. Dan diharapkan kuis tersebut dapat meningkatkan mitivasi belajar matematika siswa.
d.      Guru menggunakan metode pembelajaran yang menarik untuk mengajar.
2.      Bagi Peneliti Lainnya
a.       Pemberian kuis setiap pertemuan dengan menggunakan metode pembelajaran yang lain.
b.      Membuat soal-soal kuis yang menarik agar dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar dan siswa senang terhadap matematika.










DAFTAR PUSTAKA


Annonim. 2005. Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa. http://www.bruderfic.or.id/h-129/peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi-belajar-siswa.html.  Diakses 28 Juni 2008

Edy Suranto. 2006. Matematika Bisnis dan Manajemen untuk SMK Kelas 3. Wonogiri:  Yudhistira.

Elida Prayitno. 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta:  Depdikbud.
Endang Supartini. 2001. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial. Yogyakarta:  FIP-UNY.

Erman Suherman, Turmudi, Didi Suryadi, Tatang Herman, Suhendra, Sufyani Prabawanto, Nurjanah, Ade Rohayat. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:  Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UPI.


Herman Hudojo. 1988. Megajar Belajar Matematika. Jakarta:  Depdikbud.
_____________. 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang.

Moh. Uzer Usman. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung:  Rosdakarya.

Muhibbin Syah, M.Ed. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta:  Rajawali Pers.
Nana Sudjana dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:   Sinar Baru Bandung.

Ratna Willis Dahar. 1996. Teori-teori Belajar. Jakarta:  Erlangga.
Rochiati Wiriatmadja. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:  Remaja Rosdakarya.

Saifuddin Azwar. 1996. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta:  Pustaka Belajar.

Sardiman A. M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:  Raja Grafindo Persada.

Sartono Wirodikromo. 2004. Matematika untuk SMA Kelas XII. Jakarta:  Erlangga.

Slameto. 1991. Evaluasi Pendidikan. FKIP UKSW Salatiga:  Bumi Aksara.

Sri Rumini. 2003. Diagnosis Kesulitan Belajar. Yogyakarta:  FIP-UNY

Suharsimi Arikunto. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:  Rineka Cipta

Suryawahyuni Latief. 2008. Meningkatkan Motivasi Belajar. http://202.152.33.84/index.php?option=com_content&task=view&id=13377&Itemid=46.  Diakses 26 Mei 2008

Susiyana. 2006. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa melelui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams-Games-Tournaments) di SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta Kelas VII. Skripsi. Yogyakarta:  Jurdik Matematika FMIPA UNY.

Utami Munandar. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak sekolah. Jakarta:  Gramedia.

Winkel. 1991. Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Grasindo.
Diposting oleh yoga blog's
Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger template by blog forum